Belajar Menulis Bersama Founder Tangga Edu


Belajar Menulis Bersama Founder Tangga Edu
Part 18.  Terbitkan Bukumu, Catatan Sejarah

Tak terasa waktu terus berlalu. Belajar menulis via gruop WA bersama Omjay  telah memasuki hari ke 18. Sebagaimana rencana awal. Peserta belajar menulis gratis via Group WA yang di sponsori PB PGRI disaat pemberlakukan WFH. Peserta belajar wajib mengikuti 20 kali pertemuan. Setelah itu, 10 pertemuan berikutnya sebagai bonus belajar. Setelah selesai belajar 30 kali pertamuan semua peserta belajar harus menghasilkan minimal satu buku.
Tak sabar rasanya segera menerbitkan buku pertama. Sebagai pemicu motivasi bagi penulis pemula. Bukan sok bisa bukan pula untuk pamer. Melainkan sebagai hasil belajar selama satu bulan di masa pandemi. Mendapatkan berbagai macam materi tentang menulis. Berdialog langsung dengan orang-orang hebat dalam tulis menulis buku. Sayang bila materi ini akan terhenti di file-file laptop. Walau masih berbentuk resume.
Senang rasanya, membaca ulang seluruh hasil menulis berupa resume di file bahkan di blog pribadi. Ada saja yang teras kurang ketika membaca ulang. Entah itu tanda baca, kata kurang huruf, adapula kalimat dan kalimat yang rada tidak nyambung. Senyum kecil membaca sekaligus memperbaiki yang dirasa kurang.
Terlintas di benak, para pemateri yang menyampikan ilmunya. Membenarkan gaya menulis di resume malam itu. Bak seorang dalam kesalahan besar. Oh benar, kata para narsum begini dan begitu tulisan agar lebih baik. Dengan lincah tangan ini menari kembali di atas keyboard laptop ku yang selalu menemani dan jadi saksi tercurahnya ide yang mulai menggila.
Menulis tak kenal waktu mulai menulariku. Terucap di hati kecilku “Alhamdulillah ada corona”. Sungguh naïf rasanya. Sebagian besar orang agar wabah ini cepat berlalu sedangkan aku kini mulai menyenangi corona. Bukan agar terpapar. Tetapi berharap waktu menulisku dapat lebih banyak. Mulai bangun tidur nulis, hingga tidur lagi nulis, duduk santai nulis. Kalau bukan habis baterai laptop atau kasihan terlalu panas laptop mungkin tak akan berhenti nulis. Aku sudah mulai terbius hasrat untuk menulis, menulis dan menulis
Et..waktu sudah pukul 13.15. Sebenarnya sembari menunggu pukul satu. Menunggu Omjay memulai belajar. Saya nulis menyusun huruf dan kata serta kalimat mengikuti hasrat hati, ide di kepala dan irama jemari yang mencari huruf-huruf di atas keyboard menyatu jadi satu. Hingga hampir terlupakan sebenarnya mau belajar. Pertemuan ke 18 sore itu Rabu, 6 Mei  2020. Pukul 13.00 – 15.00. WIB. Belajar menulis bersama Farrah Dina. Seorang Sri Kandi dunia youtuber. Yuk kina kenal lebih dekat. 
Sederet publikasi karya terbaik sebagai catatan sejarah dalam hidupnya seperti Leveled Books for Early Readers, Reading Comprehension & Character Building. 2019. Buku bergambar
      untuk pembaca pemula (15 judul buku) dan buku bergambar elektronik (3 judul).
        2017-2020. Developing Reading Comprehension And Character Building Integrated
           E-Learning Program. 2014. Laporan penelitian yang dipublikasikan oleh Tokyo
           Gakugei University. Sekolah Berbahaya untuk Pembentukan Karakter Anak?
           2011. Penulisan bersama. Membentuk Anak Percaya Diri . 2011. Penulisan
          bersama.  Mencetak Generasi Kreatif . 2011. Penulisan bersama. Membangun Jiwa
         Kewirausahaan Melalui Pendidikan Karakter dan Project-based Learning. 2010.
     Makalah dipresentasikan dalam Kon-gres Guru Indonesia. Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan. 2005. Penulisan bersama. Pendidikan Holistik. 2005. Sri kandi ini merupakan pendidik, pelatih guru dan penulis, dipanggil Farrah Dina. Lahir di Jakarta, 17 Maret 1980.  Alamat  Pondok Cibubur  Blok. F4 no. 13 Cimanggis, Depok. Alamat surel Blog.http://www.tanggaedu.com, email farrah.deuterino@gmail.com
Bersama penulis hebat kita disuguhi trik-trik menarik dalam menulis. Bagaimana trik menulis dengan teknik 4R bisa diintip di sini.
“Perkenalkan, saya Farrah Dina pendiri Tangga Edu. Terima kasih atas kesempatannya hari ini. Saya menulis 20 judul buku, berkaitan dengan pendidikan untuk guru & orang tua serta buku-buku bergambar untuk anak. Berikut sudah saya siapkan khusus untuk grup ini tautan youtube untuk sharingnya”. Sapa Farrah Dina Penerima beasiswa dari Kementrian Pendidikan Jepang (Monbukagakusho) untuk program Teacher Training (2014). Sore itu ia membuka materinya, kemudian ia pun bertutur kepada kami.
Mengapa harus menulis dan menerbitkan buku, ungkapan Pramoediya Anata Toer “orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah menulis adalah bekerja untuk keabadian”, sastrawan ini juga mengatakan bahwa penulis itu memiliki kedudukan yang mulia begitu seorang pengarang mati tugasnya sebagai pengarang tidak dapat diambil alih oleh siapapun, sebaliknya jika dosen, camat, polisi mati dalam waktu singkat ada orang yang mampu menggantikanya.
Betapa pentingnya alasan kita untuk menulis, dan mencatatkan sejarah dalam hidup kita bahwa kita menjadi bagian dari pelaku sejarah.
Menulis dengan 4 R, merupakan rangkum dari pengalaman-pengalaman penulis yang hebat yang sudah menerbitkan banyak buku dan disukai. Mereka akan menulis yang betul-betul sesuai dengan rencananya lalu terbiasa menulis dengan rutin. Pada awal menulis buku, jangan kita dipusingkan dengan editing & lain-lainya yang nanti justru akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru dilakukan Review berulang (dan ini proses panjang).
Seringkali bahkan naskah final sangat berbeda dari naskah awalnya. Kekuatannya di review ini. Untuk ruang pembaca, tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar masukan dari pembaca juga. Tapi jangan sampai kita juga hanyut menulis hanya untuk memenuhi kebutuhan pembaca, nanti tidak timbul kebahagiaan.
Sebagai penulis pemula yang masih bingung menentukan passionnya seperti apa dan bagaimana kita mengetahui passion kita dengan mudah. Cara paling ampuh adalah dengan terus menulis, nanti akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan pun nanti akan terlihat apa yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari bank yang sudah kita kumpulkan, apa yang menarik yang mendorong kita untuk mengungkapkannya.
Farrah Dina menuturkan bahawa ia menemukan Renjana berawal dari pendidikan di Amerika & Jepang yang di mana mereka sangat serius memikirkan buku anak. TIdak halnya di Indonesia. Sebenarnya ini juga berawal dari kebutuhan, saat di Jepang anak saya masih TK dan akan kembali ke Indonesia masuk SD.
Jadi saya harus mengajarkan membaca. Saya minta dikirimkan buku-buku dari Indonesia tapi saya tidak puas. Lalu saya menulis buku sendiri dan ternyata itu menyenangkan buat saya dan saya merasa bisa memberi solusi pada permasalahan yang ada.
Selanjutnya saya juga melakukan penelitian di bidang membaca usia SD, dan salah satu hal yang dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Di pasar, buku anak berkualitas itu biasanya harganya mahal. Ini yang menjadi motivasi besar, menciptakan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Ini yang menjadi motivasi terbesar dan itulah passion saya. Walaupun saya tetap memaksakan diri untuk terus menulis genre lain.
“Karena rutinnya menulis buku anak dan pendidikan, saya "memaksa" diri saya untuk mengirimkan rencana penelitian untuk mendapat beasiswa. Dengan tenggat yang jelas akan jadi motivasi untuk kita. Alhamdulillah dengan research plan diterima di univ di Jepang.
Yang melatarbelakangi Tangga Edu. Bagaimana memberi manfaat sebesar mungkin untuk negeri Indonesia tercinta ini.
Memanage 4 R ini agar menjadi sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi dalam menulis “LAKUKAN” itu kunci utamanya dengan melakukan maka saya yakin kita akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu diingat adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu dipaksakan juga agar menjadi rutinitas.
Dengan begitu kita akan sangat terbiasa. Saat ingin dipublish ke orang lain, maka perlu dilakukan Review berulang-ulang. Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak akan jadi karya karena kita berkutat dengan banyak hal.
Sebagai awal, tulis dulu sesuatu yang mudah bagi kita, yang sesuai dengan renjana kita, yang kita senang saat menuliskannya. Ini gunanya untuk memberi Reward terhadap diri sendiri. Dengan jadinya naskah yang kita sukai, itu akan menjadi bahan bakar bagi kita untuk terus menulis. Jika di awal kita sudah tidak cukup motivasinya, maka akan terhambat, Tulislah sesuatu yang bentul-betul isi kepala atau hati kita yang ingin disampaikan ke orang lain.
Selanjutnya, kita menyesuaikan diri dan bisa menulis dengan genre apapun, tentu dengan latihan dan pembiasaan. Bahkan kita pun harus bisa menulis sesuai dengan kebutuhan pembaca. Ini yang nantinya perlu dikuasai setelah kita menguasai sedikit hal yang menjadi kekuatan utama kita.
Renjana adalah passion, ketertarikan kita pada satu hal yang akan mengerahkan energi untuk itu dengan senang hati. Menulis sesuatu yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi kekuatan di awal. Manusia memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu yang sesuai dengan minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun akan cepat jadi.
Hasil tulisan yang jadi ini menjadi reward sendiri untuk kita sehingga kita akan terus termotivasi untuk menulis. Setelah itu, barulah berkreasi dengan berbagai genre. Agar kita menguasai menulis berbagai hal
Farrah Dina, membagi tips bagaimana caranya menerima tanggapan pembaca yang negatif pada tahap ruang bagi pembaca. Menerima tanggapan negatif memang tidak mudah. Jangan sampai juga itu medemotivasi kita dan menghilangkan jati diri kita.
Saat mendengar tanggapan pembaca, yang perlu kita ketahui adalah penangkapan pembaca terhadap hasil tulisan kita. Apakah sama seperti apa yang ingin kita sampaikan?. Jika berbeda, apa yang berbeda (tentu perlu ada ruang imajinasi yang berbeda antara pembaca dan penulis).
Kemudian "keseluruhan" atau "detail" apa yang tidak disuka. Kalau tidak suka karena selera yang berbeda. Maka bisa jadi pelajaran bahwa orang dengan personal seperti dia bukanlah target pembaca kita.
Jika tidak sukanya karena "persepsi" atau "terjemahan" yang berbeda dari yang sebenarnya ingin kita sampaikan. Maka mungkin ada penulisan yang perlu diperbaik.
Sebelum menentukan R(uang) pembaca. Apakah kita perlu meneliti atau survey untuk calon pembaca buku kita. Lalu, bagaimana sebaiknya jika kita berharap pembacanya tidak terlalu spesifik?. Pada tahap awal kita menulis. Maka sebaiknya kita menulis untuk tujuan diri kita. Apa yang ingin kita sampaikan. Agar keluar jati diri kita. Sambil kita melihat yang cocok dengan tulisan kita itu pembaca yang bagaimana.
Baru kemudian berkembang, mulai menulis berdasarkan "pesanan" artinya kita tentukan dulu sasaran pembacanya. Misalnya menulis untuk remaja. Maka ada bahasa-bahasa yang perlu disesuaikan. Maka kita menulis dengan "frame" pembaca di kepala kita. Nanti kita minta pendapat dari pembaca yang dituju sesuai sasaran.
Membuat buku anak dengan desain berjenjang di awal. Mulai dari pembaca pemula yang harus penuh dengan gambar. Untuk ini tentu saya bekerja sama dengan ilustrator. Banyak komunitas ilustrator saat ini, termasuk di medsos. Tapi pada jenjang yang lebih tinggi, buku anak akan lebih sedikit gambarnya bahkan tidak bergambar (novel anak).
Sebagain  orang bilang menulis buku anak itu lebih menantang atau sulit.  Terutama bahasa yang digunakan musti sesuai dengan bahasa dunia anak.
Sulit atau tidak sangat relatif. Tapi mungkin karena kita terbiasa dengan bahasa dewasa. Kuncinya adalah sering mendengarkan anak berbicara & memberikan buku kita pada anak agar kita tahu responnya.
Kemudian bisa kita evaluasi. Saat menulis untuk dewasa, apa yang kita tuliskan akan ditangkap sama oleh pembaca. Tidak demikian dengan anak, hal sederhana saja bisa dipersepsikan berbeda, tidak sama dengan apa yang kita maksud.
Menulis buku berjenjang maka banyak pakem yang harus diperhatikan. Biasanya memulai dari sesuatu value yang ingin kita kenalkan pada anak tapi tidak dengan cara doktrin tapi tertangkap. Agar dapat banyak ide, maka saya banyak menonton film anak. Bergaul dengan anak-anak & membaca buku-buku anak.
Contohnya buku "Sihdeh & Robot" yang intinya mengenalkan cara menenangkan diri dengan menarik napas panjang. Kecenderungan anak laki-laki agak sulit untuk menenangkan diri saat marah. Maka diambillah tokoh robot agar relate dengan anak laki. Setelah itu dibuat prosesnya, termasuk membuat story board. Dibaca anak-anak, lalu review & revisi lagi dan seterusnya.
Bagi pecinta buku anak, boleh sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak. Justru imajinasi itu kekuatan dari buku anak. Seperti binatang berbicara, anak pergi ke ruang angkasa, berteman dengan robot, itu adalah imajinasi. yang tidak boleh adalah takhayul dan imajinasi yang mengandung kekerasan. bisa dalam bentuk imajinasi tapi sebisa mungkin berkaitan dengan perbuatannya & tidak berlebihan.
Review buku yang dimaksudkan adalah sebelum buku kita diterbitkan, maka buku itu kita berikan kepada pembaca tertentu untuk membacanya lalu memberikan masukan positif atau negatif dari buku yang kita tulis. Lalu, dikembalikan dan kita revisi setelah itu baru diterbitkan.
Tidak ada rumus baku. Kita siapkan diri kita untuk terbuka terhadap berbagai masukan. Tapi kita lihat, kalau dia tidak suka karena berkaitan dengan selera yang berbeda. Maka dia bukan target pembaca kita dan ini informasi berharga bagi kita. Tulisan kita akan memiliki target pembacanya sendiri. Tapi kalau pembaca tidak suka karena interpretasi yang salah dari hasil karya kita. Maka mungkin cara kita menuliskannya perlu diperbaiki
Apapun hasil tulisan kita, kita hadirkan pada pembaca & melihat tanggapannya. Bahkan sebelum proses penerbitan, usaha individu penulis untuk mendapat masukan. Kalau sudah ke penerbit, maka ada mekanismenya lagi tapi kita pun sudah bisa jelaskan targetnya siapa, tanggapannya bagaimana kiranya hingga buku kita itu bisa dibilang layak terbit.
Demikian belajar online bersama Srikandi Indonesia Farrah Dina. Penulis ingat Master Emcho pernah berkata “apa yang kita angankan akan lenyap, apa yang akan kita katakan akan musnah, apa yang kita lakukan akan tak tersisa kecuali dituliskan. Ia akan abadi dan mensejarah”.
Kata Master Emcho ini sejalan dengan dimaksud oleh Farrah Dina. Menulislah jangan takut salah, jangan pesimis. Ketika sebagian pembaca memberikan masukan yang pedas bak sambal cabai.
Justeru, itu kita mengetahui sajian tulisan kita kurang garam. Jadikan tulisan senikmat mungkin. Gurih di baca, sedap di hati pembaca. Jadikan tulisan kita prasasti abadi mensejarah di dunia nyata dan dunia maya.
Sesungguhnya Farrah Dina telah menyatakan bahwa ada Sri Kandi Indonesia yang dapat berkiprah sama sejajar dengan kaum adam. Yang mampu mencatatkan sejarah melalui karya-karya terbiknya.
 Kali ini belajar menulis bersama Omjay lengkap sudah. Sejuta tokoh inspiratif, sederet penulis mahir, youtuber dan tentunya Omjay sendiri “mastro” blogger ditawarkan dengan “APIK”. Asli-Penting-Inspiratif-Kreatif.

Salam guru penggerak…
Alamat surel Email : muhtadin5656@gmail.com
                     Blog : muhtadin56562gmail.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Menulis Bersama Pimred Majalah Suara Guru PB PGRI