Jumat, 03 Juli 2020

Belajar Menulis Bersama Guru Penemu "Planetarium Bekam"



Part 6. “Karya Inovasi dan Kualitas Diri”
Oleh Andy Muhtadin

Rabu 15 April  2020. Belajar menulis online via group WA. Try Agus Cahyono peraih penghargaan inobel 2016. Karyanya yang luar biasa. Malam itu, Ia akan berbagi pengalaman di gelombang 9 belajar menulis selama 120 menit. Sebelum itu tak kenal maka tak sayang. Yuk kita kenal dulu siapa dia sebenarnya?. Ia terkenal karena berinovasi, benarkah itu?. Dan bagaimana caranya ya, kok bisa?.
                   Akrab dipanggil Tri Agus Cahyono, M.Pd. lahir di Pacitan, 22 Agustus 1982. Guru di SD     
Negeri Belik Tepus Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Alamat rumah  RT. 01 RW.03 
                           Menjadi Kec./Kab. Pacitan Jawa Timur. e-mail:3agusgurdacil@gmail.com.
                            Pendidikan terakhir Program Studi Pacsasarjana UNY jurusan Magister Pendidikan   
                                 Dasar-IPA tahun 2015 beasiswa P2TK Dikdas dengan predikat Cum Laude. Aktif
                            sebagai ketua KKG Gugus V Purwodadi, Tepus Gunungkidul, DIY.
                           Penulis telah mendapatkan berbagai penghargaan pertama, Guru Berdedikasi
                         Daerah Khusus TK. Nasional Tahun 2016. Kedua, juara I Perlombaan Karya Inovasi 
                        Pembelajaran TK. Nasional Tahun 2016 kategori MIPA. Ketiga, Penghargaan Short Course ke Jepang Tahun 2017. Keempat, finalis Olimpiade Guru Nasional (OGN) TK. Nasional Guru Kelas SD Tahun 2018. Kelima, finalis Guru Berdedikasi TK Nasional SD 2019.
“Pada hakikatnya sebuah karya inovasi adalah puncak dari proses belajar seseorang. Sesuai taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwool. Ada 6 tahapan berfikir kognitif, pertama mengingat (C1), kedua memahami (C2), ketiga menerapkan (C3), keempat menganalis (C4), kelima mengevaluasi (C5), dan keenam Menciptakan (C6)”. Kata Tri Agus Cahyono angkat bicara memulai berbagi pengalaman berinovasi.
Selanjutnya Ia bertutur dalam taksonomi tersebut Karya inovasi adalah sebuah tahapan puncak dari proses berfikir. Jadi ketika kita menginginkan sebuah karya inovasi yang baik, maka kita tidak boleh melewati tahapan-tahapan tersebut. Jangan sampai kita berinovasi tapi  tidak tahu ilmunya, tidak paham maksudnya, tidak pernah menggunakan, tidak bisa menganalisis bagian-bagiannya, dan tidak bisa menilai kelebihan dan kekurangannya.
Jika ingin menciptakan karya inovasi maka anda harus belajar menguasai materi keilmuan dari karya tersebut. Ketika final lomba Karya Inobel yang dinilai bukan sekedar bagaimana karya tersebut atau karya tulisnya. Tetapi yang paling penting dan lebih utama adalah bagaimana penciptanya/inovatornya yang akan ditelisik oleh dewan juri melalui presentasi dan tanya-jawab.
Cara kita belajar untuk meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menciptakan sebuah karya inovasi adalah dengan bekerja. Belajar kita lakukan pada saat mengajar, cara belajar paling baik adalah dengan mengajar.
Memilih bidang yang akan kita buat inovasinya, harus memperhatikan kata kuncinya "APIK" (dikutip dari Arif Edi). APIK singkatan dari Asli (jangan menjiplak), Perlu (benar-benar dibutuhkan),  Inovatif, dan  Konsisten.
Ketika kita berC1 sd C5 ada sebuah ketika puasan. Setelah kita belajar, mengingat, memahaminya, menerapkannya, menganalisisnya, kita pasti mengevaluasinya (kekurangan dan kelebihan). Ketidakpuasan akan memunculkan daya cipta kita sebagai manusia ( kreativitas).


"Planetarium Bekam" Karya Inovasi Try Agus Cahyono penghargaan inobel 2016

Contohnya  media "Planetarium Bekam" tersebut. Media ini adalah hasil dari ketidak puasan terhadap media konvensional yang selama ini kami gunakan yaitu globe. Bertahun-tahun menggunakan globe hasilnya selalu biasa-biasa saja. Anak tidak tertarik/kurang termotivasi dan prestasi belajar kurang memuaskan. Prestasi kurang lebih disebabkan kurangnya motivasi.
Motivasi rendah lebih disebabkan materi bukan pada zona motivasi (jangkauan anak). Zona motivasi anak itu adalah sesuatu yang menantang namun bisa dikerjakan. Jadi jika materi terlalu sulit dan terlalu mudah maka dipastikan anak kurang termotivasi. Ketika menggunakan globe dalam pembelajaran IPA untuk menerangkan materi pergerakan bumi dan bulan. Anak dipaksa berpikir sangat abstrak. Jadi penasaran dengan media ini.
Fungsi media ini adalah mempermudah observasi. Ketika anak memperbandingkan globe. Yang diperagakan dengan lampu senter dan mengakomodasikan dengan kejadian sebenarnya antara bumi, matahari, dan bulan sangat sulit.
Ketidakpuasan terhadap globe muncul. Kita analisis kelebihan dan kekurangan globe dalam menjelaskan materi tersebut. Kelebihan antara lain model yang paling sesuai, ada di sekolah, mudah digunakan dan seterusnya. Sedangkan kekurangannya seperti tidak bisa menampilkan bagaimana kenampakan langit dari bumi saat diperagakan. Meskipun anak kelas 6 sudah mampu berpikir abstrak namun kemampuan tersebut masih terbatas.
Khusus pada gerak semu atau bukan gerak sebenarnya anak sangat kesulitan untuk menerima konsep tersebut. Semisal gerak semu harian matahari. Kita menyampaikan bahwa gerak semu harian matahari. Matahari tidak bergerak tetapi yang bergerak adalah bumi.
Sehingga menjadi sulit bagi anak untuk memahaminya. Maka akan lemah motivasinya untuk terus belajar. Kendala yang harus diselesaikan. Saya dapat ide karena aktifitas saya dengan kamera sangat tinggi hampir setiap kegiatan saya rekam foto dan video.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saya cobakan ketika merekam video dengan kamera action cam misalnya. Menggunakannya dalam kondisi bergerak. Obyek yang di shot tidak bergerak. Saat memutar video, benda yang di shot kelihatan bergerak padahal aslinya tidak bergerak. Kamera merupakan alat optik yang menyerupai kinerja mata. Sehingga ada ide memasang kamera pada globe sebagai pengganti mata kita.
Perhatikan teko dalam sebuah video. Teko kondisi sebenarnya tidak bergerak. Tetapi dalam video bergerak. Bagus sekali bukan, pasti siswanya  senang dan motivasi akan timbul. Itulah yang bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan gerak semu. Teko sebagai matahari sedangkan kamera adalah mata yang ada di bumi.
Jadikan handpone sebagai kenampakan langit. Teko akan muncul dari samping kiri ke kanan dan menghilang. Yang terjadi kenampakan mirip dengan gerak semu harian matahari. Saya berpikir bagaimana supaya hal tersebut bisa ditampilkan di kelas.
Maka kamera saya pasang harus bisa live menampilkan kenampakan langit, Kamera dihubungkan ke laptop kemudian dihubungkan ke proyektor (LCD), sorotkan ke langit-langit kelas. Maka jadilah “planetarium bekam”. “Bekam” singkatan dari kalimat gloBE berKAMera. Cara menggunakan dalam pembelajaran seperti menggunakan globe biasa.
Dengan demikian hemat penulis sebuah karya dan inovasi tidak selamanya berbau modern. Ketika karya inobel yang juara tidak selalu yang ada unsur TIKnya, tergantung kebutuhan. Karya manual sederhana namun idenya luar biasa akan dapat melebihi karya yang berbasis TIK. Seperti planetarium bekam karya Try Agus Cahyono telah membuktikannya kepada kita.
Kelebihan dari sebuah karya bukanlah dari sifat modern atau tradisionalnya. Tetapi lebih kepada kebermanfaatan, ide, dan kemudahan untuk digunakan dan direplika oleh orang lain. Meskipun karya berbasis TIK kelihatan lebih keren tetapi sulit untuk ditiru dibuat oleh guru lain atau sulit diaplikasikan di daerah-daerah tertentu maka nilainya akan kurang.
Menurut peraih inobel ini,  pendaftaran inobel melalui seleksi karya tulis. Maka buat karya tulis secara APIK. Judul yang menarik, segar/baru, berbeda dari yang lain dan tentu saja harus lolos uji smiliarity maksimal 30% turnitine.
Kunci Inovasi adalah pertama menemukan baru dan kedua menyempurnakan yang lama. Terapkan APIK menurut kondisi anda sendiri.
Karya tulisnya yang paling bagus adalah karya pengembangan (Research & design) kalau tidak bisa lebih baik bestpractis. Tidak perlu banyak fungsi tetapi berpengaruh dan mempunyai rentetan keberhasilan dalam menyelesaikan masalah
Minimalkan administrasi, lebih ke hal-hal aplikatif dalam mengajar. Ingat kita adalah guru, tugas utama kita mengajar. Administrasi kebanyakan hanyalah formalitas jadi utamakan administrasi yang penting-penting saja.
Pada akhir penuturannya Try Agus Cahyono mengatakan bahwa dalam berinovasi jangan memikirkan masalah yang bersumber dari luar seperti lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, dan lain-lain. Tetapi FOKUS pada KOMPETENSI DIRI itulah yang akan memudahkan kita menemukan hal-hal/ide penting yang membantu keberhasilan pembelajaran. Sehingga tidak hanya inobel yang kita dapat, OGN akan dapat, gupres juga akan kita dapat. Jadi tingkatkan kualitas diri untuk karya yang berkualitas.
Sungguh luar biasa tak salah Ia menjadi guru berprestasi. Semoga ilmu yang diberikan akan menjadi pedoman bagi kita semua untuk terus berinovasi dan berkarya. Bukan hanya dalam kondisi yang tidak nayman tetapi dalam kondisi yang penuh dengan fasilitas ini kita juga dapat berkarya dan berinovasi.
                Semoga akan lahir Try Agus Cahyono muda lainnya. Banyak guru muda di era 4.0. Guru melineal penuh kemajuan dalam betindak dan berpikir. Memungkinkan kemajuan dunia pendidikan akan cerah di masa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar