Belajar Menulis Bersama Guru Penemu "Planetarium Bekam"
Part 6. “Karya Inovasi dan Kualitas Diri”
Oleh Andy Muhtadin
Rabu 15
April 2020. Belajar menulis online via group WA. Try Agus Cahyono
peraih penghargaan inobel 2016. Karyanya yang luar biasa. Malam itu, Ia akan berbagi
pengalaman di gelombang 9 belajar menulis selama 120 menit. Sebelum itu tak
kenal maka tak sayang. Yuk kita kenal dulu siapa dia sebenarnya?. Ia terkenal karena
berinovasi, benarkah itu?. Dan bagaimana caranya ya, kok bisa?.
Akrab dipanggil Tri Agus Cahyono, M.Pd. lahir di Pacitan, 22 Agustus 1982. Guru di
SD
Menjadi Kec./Kab.
Pacitan Jawa Timur. e-mail:3agusgurdacil@gmail.com.
Pendidikan terakhir
Program Studi Pacsasarjana UNY jurusan Magister Pendidikan
Dasar-IPA tahun 2015 beasiswa P2TK
Dikdas dengan predikat Cum Laude. Aktif
sebagai ketua KKG
Gugus V Purwodadi, Tepus Gunungkidul, DIY.
Penulis telah
mendapatkan berbagai penghargaan pertama,
Guru Berdedikasi
Daerah Khusus TK.
Nasional Tahun 2016. Kedua, juara I
Perlombaan Karya Inovasi
Pembelajaran TK. Nasional Tahun 2016
kategori MIPA. Ketiga, Penghargaan Short Course ke Jepang Tahun 2017. Keempat, finalis Olimpiade Guru Nasional
(OGN) TK. Nasional Guru Kelas SD Tahun 2018. Kelima, finalis Guru Berdedikasi TK Nasional SD 2019.
“Pada hakikatnya
sebuah karya inovasi adalah puncak dari proses belajar seseorang. Sesuai
taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwool. Ada 6 tahapan berfikir
kognitif, pertama mengingat (C1), kedua memahami (C2), ketiga menerapkan (C3), keempat menganalis (C4), kelima mengevaluasi (C5), dan keenam Menciptakan (C6)”. Kata Tri Agus
Cahyono angkat bicara memulai berbagi pengalaman berinovasi.
Selanjutnya Ia
bertutur dalam taksonomi tersebut Karya inovasi adalah sebuah tahapan puncak
dari proses berfikir. Jadi ketika kita menginginkan sebuah karya inovasi yang
baik, maka kita tidak boleh melewati tahapan-tahapan tersebut. Jangan sampai
kita berinovasi tapi tidak tahu ilmunya,
tidak paham maksudnya, tidak pernah menggunakan, tidak bisa menganalisis
bagian-bagiannya, dan tidak bisa menilai kelebihan dan kekurangannya.
Jika ingin
menciptakan karya inovasi maka anda harus belajar menguasai materi keilmuan
dari karya tersebut. Ketika final lomba Karya Inobel yang dinilai bukan sekedar
bagaimana karya tersebut atau karya tulisnya. Tetapi yang paling penting dan
lebih utama adalah bagaimana penciptanya/inovatornya yang akan ditelisik oleh
dewan juri melalui presentasi dan tanya-jawab.
Cara kita
belajar untuk meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menciptakan sebuah karya
inovasi adalah dengan bekerja. Belajar kita lakukan pada saat mengajar, cara
belajar paling baik adalah dengan mengajar.
Memilih bidang
yang akan kita buat inovasinya, harus memperhatikan kata kuncinya
"APIK" (dikutip dari Arif Edi). APIK
singkatan dari Asli (jangan menjiplak), Perlu (benar-benar dibutuhkan), Inovatif, dan Konsisten.
Ketika kita
berC1 sd C5 ada sebuah ketika puasan. Setelah kita belajar, mengingat,
memahaminya, menerapkannya, menganalisisnya, kita pasti mengevaluasinya
(kekurangan dan kelebihan). Ketidakpuasan akan memunculkan daya cipta kita
sebagai manusia ( kreativitas).
"Planetarium Bekam" Karya Inovasi Try Agus Cahyono penghargaan
inobel 2016
Contohnya media "Planetarium Bekam" tersebut.
Media ini adalah hasil dari ketidak puasan terhadap media konvensional yang
selama ini kami gunakan yaitu globe. Bertahun-tahun menggunakan globe hasilnya
selalu biasa-biasa saja. Anak tidak tertarik/kurang termotivasi dan prestasi
belajar kurang memuaskan. Prestasi kurang lebih disebabkan kurangnya motivasi.
Motivasi
rendah lebih disebabkan materi bukan pada zona motivasi (jangkauan anak). Zona
motivasi anak itu adalah sesuatu yang menantang namun bisa dikerjakan. Jadi
jika materi terlalu sulit dan terlalu mudah maka dipastikan anak kurang
termotivasi. Ketika menggunakan globe dalam pembelajaran IPA untuk menerangkan
materi pergerakan bumi dan bulan. Anak dipaksa berpikir sangat abstrak. Jadi
penasaran dengan media ini.
Fungsi media
ini adalah mempermudah observasi. Ketika anak memperbandingkan globe. Yang
diperagakan dengan lampu senter dan mengakomodasikan dengan kejadian sebenarnya
antara bumi, matahari, dan bulan sangat sulit.
Ketidakpuasan
terhadap globe muncul. Kita analisis kelebihan dan kekurangan globe dalam
menjelaskan materi tersebut. Kelebihan antara lain model yang paling sesuai,
ada di sekolah, mudah digunakan dan seterusnya. Sedangkan kekurangannya seperti
tidak bisa menampilkan bagaimana kenampakan langit dari bumi saat diperagakan.
Meskipun anak kelas 6 sudah mampu berpikir abstrak namun kemampuan tersebut
masih terbatas.
Khusus pada
gerak semu atau bukan gerak sebenarnya anak sangat kesulitan untuk menerima
konsep tersebut. Semisal gerak semu harian matahari. Kita menyampaikan bahwa
gerak semu harian matahari. Matahari tidak bergerak tetapi yang bergerak adalah
bumi.
Sehingga
menjadi sulit bagi anak untuk memahaminya. Maka akan lemah motivasinya untuk
terus belajar. Kendala yang harus diselesaikan. Saya dapat ide karena aktifitas
saya dengan kamera sangat tinggi hampir setiap kegiatan saya rekam foto dan
video.
Untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Saya cobakan ketika merekam video dengan kamera
action cam misalnya. Menggunakannya
dalam kondisi bergerak. Obyek yang di shot
tidak bergerak. Saat memutar video, benda yang di shot kelihatan bergerak padahal aslinya tidak bergerak. Kamera
merupakan alat optik yang menyerupai kinerja mata. Sehingga ada ide memasang
kamera pada globe sebagai pengganti mata kita.
Perhatikan
teko dalam sebuah video. Teko kondisi sebenarnya tidak bergerak. Tetapi dalam
video bergerak. Bagus sekali bukan, pasti siswanya senang dan motivasi akan timbul. Itulah yang
bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan gerak semu. Teko sebagai matahari sedangkan
kamera adalah mata yang ada di bumi.
Jadikan handpone
sebagai kenampakan langit. Teko akan muncul dari samping kiri ke kanan dan
menghilang. Yang terjadi kenampakan mirip dengan gerak semu harian matahari.
Saya berpikir bagaimana supaya hal tersebut bisa ditampilkan di kelas.
Maka kamera
saya pasang harus bisa live
menampilkan kenampakan langit, Kamera dihubungkan ke laptop kemudian
dihubungkan ke proyektor (LCD), sorotkan ke langit-langit kelas. Maka jadilah “planetarium bekam”. “Bekam” singkatan
dari kalimat gloBE berKAMera. Cara menggunakan dalam pembelajaran
seperti menggunakan globe biasa.
Dengan
demikian hemat penulis sebuah karya dan inovasi tidak selamanya berbau modern.
Ketika karya inobel yang juara tidak selalu yang ada unsur TIKnya, tergantung
kebutuhan. Karya manual sederhana namun idenya luar biasa akan dapat melebihi
karya yang berbasis TIK. Seperti planetarium
bekam karya Try Agus Cahyono telah
membuktikannya kepada kita.
Kelebihan dari
sebuah karya bukanlah dari sifat modern atau tradisionalnya. Tetapi lebih
kepada kebermanfaatan, ide, dan kemudahan untuk digunakan dan direplika oleh
orang lain. Meskipun karya berbasis TIK kelihatan lebih keren tetapi sulit
untuk ditiru dibuat oleh guru lain atau sulit diaplikasikan di daerah-daerah
tertentu maka nilainya akan kurang.
Menurut peraih
inobel ini, pendaftaran inobel melalui seleksi karya
tulis. Maka buat karya tulis secara APIK. Judul yang menarik, segar/baru,
berbeda dari yang lain dan tentu saja harus lolos uji smiliarity maksimal 30%
turnitine.
Kunci Inovasi adalah pertama menemukan
baru dan kedua menyempurnakan yang
lama. Terapkan APIK menurut kondisi anda sendiri.
Karya tulisnya
yang paling bagus adalah karya pengembangan (Research & design)
kalau tidak bisa lebih baik bestpractis. Tidak perlu banyak fungsi tetapi
berpengaruh dan mempunyai rentetan keberhasilan dalam menyelesaikan masalah
Minimalkan
administrasi, lebih ke hal-hal aplikatif dalam mengajar. Ingat kita adalah
guru, tugas utama kita mengajar. Administrasi kebanyakan hanyalah formalitas
jadi utamakan administrasi yang penting-penting saja.
Pada akhir
penuturannya Try Agus Cahyono mengatakan bahwa dalam berinovasi jangan
memikirkan masalah yang bersumber dari luar seperti lingkungan sekolah, sarana
dan prasarana, dan lain-lain. Tetapi FOKUS pada KOMPETENSI DIRI itulah yang
akan memudahkan kita menemukan hal-hal/ide penting yang membantu keberhasilan
pembelajaran. Sehingga tidak hanya inobel yang kita dapat, OGN akan dapat,
gupres juga akan kita dapat. Jadi tingkatkan kualitas diri untuk karya yang
berkualitas.
Sungguh luar biasa tak salah Ia menjadi guru
berprestasi. Semoga ilmu yang diberikan akan menjadi pedoman bagi kita semua
untuk terus berinovasi dan berkarya. Bukan hanya dalam kondisi yang tidak
nayman tetapi dalam kondisi yang penuh dengan fasilitas ini kita juga dapat
berkarya dan berinovasi.
Semoga akan lahir Try Agus Cahyono muda lainnya. Banyak guru muda di era 4.0. Guru
melineal penuh kemajuan dalam betindak dan berpikir. Memungkinkan kemajuan
dunia pendidikan akan cerah di masa mendatang.
Komentar
Posting Komentar